Fallacy Bagian 6: Association Fallacy

Fallacy Bagian 6: Association Fallacy

9:25:00 PM 0
Artikel Serial Logical Fallacy

Oleh: Ristiyan Ragil


Fallacy #6: Association Fallacy
Pernahkah Anda merasa ikut bangga akan prestasi yang ditorehkan salah seorang putra bangsa di kancah internasional?

Atau ikut merasa keren karena seseorang yang satu alumni sekolah atau perguruan berhasil menjuarai sebuah ajang bergengsi?

Padahal dia tidak kenal Anda, tidak pernah pula ada kesamaan kecuali hanya sekedar sama-sama satu negara, satu sekolah, dan lain-lain. Berhasilnya dia tidak ada hubungannya sama sekali dengan Anda, akan tetapi banyak orang yang ikut berbangga termasuk Anda?

Itulah, kadang kita terbawa pikiran "satu rasa" dengan orang lain hanya karena kesamaan label. Ketika yang satu label ini berkata atau berbuat sesuatu yang salah atau buruk, kita pun ikut malu. Padahal apa yang dikatakan dan diperbuat dia, sama sekali tidak ada hubungannya dengan kita!

Ingat, setiap orang hanya bertanggung jawab atas apa yang ia ucapkan dan lakukan. Ia tidak bertanggung jawab atas ucapan dan perbuatan orang lain. Di akhirat, semua akan mempertanggungjawabkan amalannya sendiri.

Organisasi, partai, harakah, dan golongan akan lenyap, tak akan kita sandang. Mari kita belajar meyakini pendapat kita sendiri tanpa terbelenggu pendapat partai dan harakah atau komunitas.
 

Sumber: status fb Ristiyan Ragil P
Fallacy Bagian 5: Ad Hominem

Fallacy Bagian 5: Ad Hominem

9:19:00 PM 0
Artikel Serial Logical Fallacy

Oleh: Ristiyan Ragil


Fallacy #5: Ad Hominem
Anda menolak sebuah argumen bukan karena isi argumennya, melainkan dari sisi personal orang yang membawa argumen itu.

Padahal seharusnya benar dan salah argumen bergantung pada isi agumen tersebut, terlepas dari siapa yang mengatakannya. Sebagaimana masyhur: unzhur maa qaala wa laa tanzhur man qaala (lihatlah apa yang dikatakan, bukan siapa yang mengatakan).

Fallacy ini induk dari beberapa cabang fallacy yang lain, sebagiannya insyaAllah akan ada penjelasannya di kesempatan berikutnya.

Contoh:
A: Berdasarkan bukti dan pemaparan saksi yang ada di persidangan, jelas bahwa pak RR tidak bisa dijerat dengan pasal itu, dengan demikian jelas beliau tidak bersalah.
B: Ya jelas kamu bilang begitu, karena kamu murid pak RR, sudah pasti membela.

Contoh lain:
X: Perkataan beliau dapat Anda lihat di kitab A, halaman sekian dan sekian.
Y: Bagaimana saya bisa percaya dengan ucapan seseorang yang bukan lulusan pesantren atau pendidikan agama?

NB: Perlu diperhatikan bahwa tidak semua bentuk "mempertanyakan personal" dari pihak yang berargumen dapat dihukumi ad hominem. Ada yang namanya otoritas dalam suatu bidang ilmu tertentu, yang menjadi pertimbangan apakah pendapat seseorang dapat dipertimbangkan atau tidak, di luar substansi (isi) argumen.

Misalnya, orang yang tidak pernah mempelajari suatu bidang ilmu namun berbicara tentang itu. Insinyur berbicara tentang kedokteran atau sebaliknya, dsb. Sebagaimana kata Ibnu Hajar:

من تكلم في غير فنه أتى بالعجائب

"Barangsiapa yang berkomentar sesuatu yang bukan bidangnya, pasti akan membawa banyak keanehan."

Ad hominem terjadi jika sebuah argumen itu benar, namun ditolak dengan cara menyerang karakter personal pembawa argumen


Sumber: status fb Ristiyan Ragil P
Fallacy Bagian 4: Appeal to Emotion

Fallacy Bagian 4: Appeal to Emotion

9:13:00 PM 0
Artikel Serial Logical Fallacy

Oleh: Ristiyan Ragil


Fallacy #4: Appeal to Emotion
Anda lebih suka memanfaatkan respon emosional dari lawan diskusi daripada mengemukakan argumen yang valid.

Emosi manusia mencakup banyak hal mulai dari rasa iba/kasihan, cinta, takut, benci, bangga, rasa bersalah, marah, dan lain-lain.

Contoh:
A: "Berdasarkan perhitungan keekonomian di atas, Harga BBM harus dinaikkan karena harga minyak dunia sedang sangat tinggi"
B: "Apakah kamu tidak kasihan kepada para nelayan yang pencahariannya bergantung pada BBM?"

Di sini, B ingin menyanggah alasan A dengan memanfaatkan emosi A, yaitu rasa bersalah perihal nasib nelayan, bukan dengan memaparkan kekeliruan perhitungan dari A atau memberikan argumen lain yang membantah pendapat A.

Contoh lain:
A: Kita harus sabar menghadapi Belanda, tunggu sampai situasi berpihak kepada kita.
B: Bagaimana kalau keluargamu yang yang disiksa? Apa kamu masih bisa bilang sabar?

Di sini A sedang berargumen secara logis mengenai taktik, pertimbangan baik dan buruknya dalam menyerang musuh, namun B memanfaatkan sisi emosi dari A untuk membantah argumen tersebut.



Sumber: status fb Ristiyan Ragil P
Fallacy Bagian 3: Anecdotal

Fallacy Bagian 3: Anecdotal

9:06:00 PM 0
Artikel Serial Logical Fallacy

Oleh: Ristiyan Ragil


Fallacy #3: Anecdotal
Anda lebih memilih menggunakan pengalaman pribadi atau contoh yang sifatnya tertutup, daripada mengemukakan argumen yang valid.

Sering sekali orang lebih mudah percaya pada testimoni seseorang daripada data penelitian yang terkesan lebih kompleks. Testimoni ini tentu saja dimaksudkan untuk menggiring orang kepada opini tertentu sesuai moral cerita.

Contoh:
1. "Kakek saya merokok sejak remaja sampai sekarang, sehingga sudah lebih dari 40 tahun beliau merokok namun sampai hari ini sehat-sehat saja. Makanya jangan terlalu percaya dengan apa yang Anda baca mengenai bahaya rokok"

2. "Di daerah kami ada sekelompok orang yang berjenggot dan berjidat hitam, terlihat seperti orang yang alim namun ternyata mereka tidak bisa membaca Al Fatihah dengan benar"

3. "Saya pernah bertemu dengan seorang tokoh salafi, setelah kami berbicara panjang lebar, saya menangkap bahwa ternyata dia memang suka mengkafirkan orang yang tidak sepaham"

Pada contoh pertama, ia ingin menggiring orang kepada opini bahwa merokok itu tidak selalu berbahaya.

Pada contoh kedua, ia ingin menggiring pada opini bahwa ternyata orang yang berjenggot dan berjidat hitam itu seringkali hanya penampilan luar saja.

Pada contoh ketiga, ia ingin menggiring orang pada pemahaman bahwa yang namanya salafi memang benar tukang mengkafirkan orang lain



Sumber: status fb Ristiyan Ragil P
Fallacy Bagian 2: Black or White

Fallacy Bagian 2: Black or White

8:58:00 PM 0
Artikel Serial Logical Fallacy

Oleh: Ristiyan Ragil

Fallacy #2: Black or White
Anda memberikan dua alternatif pilihan saja padahal sebenarnya ada pilihan lain.

Contoh:
Agus berkata kepada Budi: "Kamu melarang saya mencela Doni, berarti kamu membela dia."

Padahal bisa jadi Budi melarang Agus untuk mencela Doni itu karena beralasan bahwa mencela itu tidak ada manfaatnya dan hanya buang-buang tenaga. Bukan karena Budi membela Doni.

Mirip dengan contoh ini adalah: mereka yang melarang untuk mencela presiden Jokowi disebut sebagai Jokower, pendukung penguasa zhalim, dan sebagainya. Seolah hanya ada dua kubu: Kalau kalian tidak bersama kami, berarti kalian bersama mereka (Either you with us, or you with enemy).

Contoh lain:
- Lebih baik bicara kasar tapi tidak korupsi daripada sopan tapi korupsi. Padahal ada yang sopan dan juga tidak korupsi.
- Lebih berdosa curi uang rakyat daripada minum alkohol
- Lebih baik gak berjilbab tapi gak korupsi daripada berjilbab tapi korupsi
- dan lain-lain.


Sumber: status fb Ristiyan Ragil P